Sunday, September 14, 2008

Wisata di Sumatera Selatan

Jembatan Ampera

Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia yang dibangun pada tahun 1960 sebagai bayaran Jepang kepada Indonesia atas penjajahannya dulu. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Jembatan ini dibuat oleh Jepang. Dahulunya bagian tengah dari jembatan ini bisa dinaikkan dan diturunkan bila ada kapal yang akan lewat.
Lokasi :Palembang

Air Terjun Bedegung

Air Terjun Bedegung atau Air

Terjun Curup Tenang merupakan air terjun tertinggi (99 m) di Sumatera Selatan yang terletak dekat Desa Bedegung, Kecamatan Tanjung Agung, sekitar 56 km di selatan Muara Enim.

Air terjun ini bersumber dari mata air yang tak pernah kering di celah Bukit Barisan dan ke bawah membentuk sebuah sungai kecil yang deras. Curup Bedegung merupakan objek wisata alam handalan daerah ini.

Untuk memudahkan para pengunjung mendekati air terjun, tersedia jalan setapak sepanjang 600 meter yang dibangun di tepi sungai dan sebuah jembatan yang melintasi sungai kecil yang deras itu. Sedangkan di atas sungai tersedia lapangan parkir, warung-warung yang menyediakan makan dan minuman. Dan agak ke hilir, terdapat sebuah tempat pemandian alam dan tempat memancing, lengkap dengan fasilitasnya.

Air terjun alami ini merupakan tempat rekreasi yang memberikan kesejukan bagi pengunjung karena hembusan angin yang membawa butiran-butiran air. Suasana alam pegunungan di sekitarnya benar-benar mengesankan.

Untuk memudahkan para pengunjung yang datang dari luar kabupaten, pemerintah daerah sudah membangun jalan baru dari Prabumulih ke Simpang Meo sepanjang 87 km melalui areal hutan tanaman industri dan perkebunan kelapa sawit. Dengan demikian jarak tempuh dari Palembang menuju Curup Tenang hanya sekitar 2 jam saja atau sekitar 177 km. Jarak ini lebih singkat dibandingkan melalui Muara Enim yang berarti harus menempuh 239 km.

Air Terjun Lematang dan Ndikat

Di antara Lahat dan Pagar Alam terdapat dua air terjun yang masing-masing setin

ggi 40 meter lebih. Lebih dekat ke arah Lahat disebut Air Terjun Ndikat, sedangkan ke arah Pagar Alam disebut Air Terjun Lematang. Keduanya menampilkan panorama alam yang sama indahnya.

Pada hari-hari libur atau Minggu, kedua air terjun ini ramai dikunjungi wisatawan untuk rekreasi atau piknik.

Kedua tempat wisata ini dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor, baik dari Lahat maupun Pagar Alam. Namun untuk lebih mendekat ke air terjun harus turun berjalan kaki.

Yang tidak kurang asyiknya adalah selama perjalanan melalui tikungan tajam sehingga cukup menegangkan.

Benteng Kuto Besar

Benteng Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang. Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besar diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803.

Sultan Mahmud Bahauddin ini adalah seorang tokoh kesultanan Palembang Darussalam yang realistis dan praktis dalam perdagangan Internasional serta seorang agamawan yang menjadikan Palembang sebagai pusat sastra agama di Nusantara. Menandai perannya sebagai sultan ia pindah dari Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak. Belanda menyebut Kuto Besak sebagai nieuwe keraton alias keraton baru.

Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1780 dengan arsitek yang tidak diketahui dengan pasti dan pelaksanaan pengawasan pekerjaan dipercayakan pada seorang Tionghoa. Semen perekat bata dipergunakan batu kapur yang ada di daerah pedalaman Sungai Ogan ditambah dengan putih telur. Waktu yang dipergunakan untuk membangun Kuto Besak ini kurang lebih 17 tahun. Ditempati secara resmi pada hari Senin pada tanggal 21 Feburari 1797.

Berbeda dengan letak keraton lama yang berlokasi di daerah pedalaman, keraton baru berdiri di posisi yang sangat terbuka, strategis, dan sekaligus sangat indah. Posisinya menghadap ke Sungai Musi.

Pada masa itu, Kota Palembang masih dikelilingi oleh anak-anak sungai yang membelah wilayah kota menjadi pulau-pulau. Kuto Besak pun seolah berdiri di atas pulau karena dibatasi oleh Sungai Sekanak di bagian barat, Sungai Tengkuruk di bagian timur, dan Sungai Kapuran di bagian utara.

Benteng Kuto Besak saat ini ditempati oleh Komando Daerah Militer (Kodam).

Pembangunan dan penataan kawasan di sekitar Plaza Benteng Kuto Besak diproyeksikan akan menjadi tempat hiburan terbuka yang menjual pesona Musi dan bangunan- bangunan bersejarah. Jika dilihat dari daerah Seberang Ulu atau Jembatan Ampera, pemandangan yang tampak adalah pelataran luas dengan latar belakang deretan pohon palem di halaman Benteng Kuto Besak, dan menara air di Kantor Wali Kota Palembang.

Di kala malam hari, suasana akan terasa lebih dramatis. Cahaya dari deretan lampu- lampu taman menciptakan refleksi warna kuning pada permukaan sungai. Pemerintah Kota Palembang memiliki sejumlah rencana pengembangan untuk mendukung Plaza Benteng Kuto Besak sebagai obyek wisata.

Lokasi : Di tepi Sungai Musi (Dekat Museum SMB II)

Mesjid Agung

Mesjid Agung Palembang yang terletak di pusat kota juga merupakan salah satu

peninggalan Kesultanan Palembang. Mesjid ini didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I atau Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikramo mulai tahun 1738 sampai 1748.

Ukuran bangunan mesjid waktu pertama dibangun semula seluas 1.080 meter persegi dengan daya tampung 1.200 jemaah. Perluasan pertama dilakukan dengan wakaf Sayid Umar bin Muhammad Assegaf Altoha dan Sayid Achmad bin Syech Sahab yang dilaksanakan pada tahun 1897 di bawah pimpinan Pangeran Nataagama Karta Manggala Mustafa Ibnu Raden Kamaluddin.

Perluasan kedua kali pada tahun 1930. Tahun 1952 dilakukan lagi perluasan oleh Yayasan Mesjid Agung yang pada tahun 1966-1969 membangun tambahan lantai kedua sehingga luas mesjid sampai sekarang 5.520 meter persegi dengan daya tampung 7.750 jemaah.

Pembangunan pertama tahun 1758 dengan bentu menara segi enam setinggi 30 meter dengan garis tengah 3 meter. Tahun 1874 menara diperbaiki dan tahun 1916 disempurnakan lagi dengan biaya wakaf kaum muslimin di bawah syarikat Islam.

Menara kedua dibangun tahun 1970 atas sumbangan Pertamina yang diresmikan 1 Februari 1971. Tinggi menara sekarang 45 meter dengan bentuk persegi 12 yang didesain M. Atsjad Joenoes.


Bukit Serelo

Bukit Serelo terletak sekitar 20 km dari kota Lahat. Penduduk setempat menyebutn

ya Bukit Tunjuk, karena bentuk puncaknya yang mirip telunjuk yang mencuat ke langit.

Jika anda bepergian dari Muara Enim, menjelang 20 km memasuki kota Lahat, bukit itu terlihat jelas di sebelah kiri. Di bawahnya terdapat sebuah kompleks untuk menjinakkan, melatih dan mendidik gajah. Sekitar 40 ekor sudah dijinakkan di tempat ini, namun baru sebagian yang dapat diandalkan untuk para pengunjung.

Di bawah bukit terdapat beberapa tempat untuk berkemah atau rekreasi. Para pramuka dan anak-anak muda acapkali mengunjungi tempat-tempat itu. Sebuah sungai kecil dengan air yang jernih dan belum tercemar, dapat menyegarkan anda.

Lokasi :


sumber : Visit Musi 2008-Musi Tourism Board








No comments: